Turun
urat adalah salah satu penyakit pada ayam yang cukup mengganggu,
khususnya di dalam pergerakan sehingga menyebabkan keterbatasan gerakan
saat melakukan tarung. Dari beberapa pengalaman yang didapat oleh salah
satu temen, dia punya beberapa pengalaman dalam melakukan perawatan
ayam yg turun urat dan berhasil/sembuh. Berikut beberapa sharing dari
bang Stenly.
Penyebab terjadinya turun urat pada ayam dapat disebabkan beberapa hal yaitu:
- Ayam
yg terlalu muda waktu di Gebrak atau ayam muda di gebrak lawan
ayam tua, dimana ayam yang terlalu muda struktur tulang dan
otot-otornya masih belum maksimal dan kuat.
- Pada kasus yg lain, ada juga ayam yg cukup umur tapi bisa turun urat karena benturan yg terlalu keras.
Ciri-ciri ayam yang mengalami turun urat:
- Sesudah di Gebrak kaki ayam lebih panas dari biasanya ini bisa di ketahui dgn cara meraba.
- Ayam
suka mengangkat kakinya dan saat berjalan terlihat pincang dan
tidak mau bertumpu pada kaki yang mengalami turun urat.
Beberapa perawatan yang dapat dilakukan:
- Setiap
hari (sesering mungkin) kaki ayam yang turun urat
diperban/dibungkus dgn kain dgn menempelkan Daun SERE yg di tumbuk
halus.
- Diusahakan agar kaki ayam bisa menginjak tanah (di bungkus seperti merawat orang patah tulang).
- Di
saat akan mengganti DAUN Sere, sebaiknya kaki ayam di rendam dgn
air dingin / air es beberapa menit, kemudian dibungkus lagi seperti
semula.
- Ayam diberi minum obat Rheumatik atau sejenisnya.
Mudah2an dengan melaksanakan terapi di atas, penyakit turun ayam akan dapat tersolusikan.
Penyakit Snot atau coryza disebabkan oleh bakteri Haemophillus gallinarum. Penyakit Snot
dapat menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam,
biasanya penyakit ini muncul akibat adanya perubahan musim dan banyak
ditemukan di daerah tropis. Perubahan musim biasanya akan mempengaruhi
kesehatan ayam. Angka morbiditas kawanan unggas bervariasi antara 1-30%.
Mortalitas atau Angka kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ini
mencapai 30%.
Cara penularan
Bakteri Haemophillus gallinarum hanya dapat bertahan diluar diinduk
semang tidak lebih dari lebih dari 12 jam. Penularan penyakit Snot atau
coryza dapat melalui kontak langsung dengan ayam yang sakit juga dapat
melalui udara, debu, pakan, air minum, petugas kandang dan peralatan
yang digunakan.
Gejala klinis
Ayam yang secara klinis telah terinfeksi menunjukkan gejala sebagai berikut
- pengeluaran cairan air mata
- ayam terlihat mengantuk dengan sayapnya turun atau menggantung
- keluar lendir dari hidung, kental berwarna kekuningan dan berbau khas
- Pembengkakan didaerah sinus infra orbital
- terdapat kerak dihidung
- napsu makan
- ayam mengorok dan sukar bernapas
- pertumbuhan menjadi lambat.
Perubahan patologi
Pada kasus akut dijumpai konjungtivitis berat dan peradangan pada
pinggir kelopak mata (periorbital fascia). Pada kasus kronis dijumpai
sinusitis yang bersifat serosa sampai kaseosa.
Diagnosis
Bakteri Haemophillus gallinarum dapat diisolasi dari swab sinus ayam
yang menderita penyakit akut. Isolasi laboratorium dapat dilakukan
dengan menggunakan plat agar darah yang telah digores staphylococcus sp
dan diinkubasi dalam suasa anaerob.
Pengobatan
Pengobatan penyakit snot pada unggas adalah dengan pemberian
preparat sulfat seperti sulfadimethoxine atau sulfathiazole. Pemberian
sulfonamida dapat dikombinasikan dengan tetrasiklin untuk mengobati
coryza dan dapat diberikan melalui air minum atau disuntikkan secara
intramuskular. Perhatikan withdrawal time pada ayam petelur karena obat
tersebut dapat mengkontaminasi telur dan kualitas dari kerabang telur.
Pengendalian
Upaya pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan menjaga
kebersihan kandang dan lingkungan dengan baik. Kandang sebaiknya terkena
sinar matahari langsung sehingga mengurangi kelembaban. Kandang yang
lembab dan basah memudahkan timbulnya penyakit ini.
Penyakit Ngorok biasa juga disebut dengan Chronic Respiratory Disease (CRD) atau mikoplasmosis atau Sinusitis atau Air Sac. Penyakit
Chronic Respiratory Disease disebabkan oleh bakteri Mycoplasma
galisepticum. Biasanya menyerang ayam pada usia 4-9 minggu. Penularan
terjadi melalui kontak langsung, peralatan kandang, tempat makan dan
minum, manusia, telur tetas atau DOC yang terinfeksi.
Faktor predisposisi atau faktor pendukung
- Kondisi kandang yang lembab
- Kepadatan kandang yang terlalu tinggi
- Litter yang kering
- Kadar amonia yang tinggi.
Cara penularan
Penularan penyakit terjadi baik secara vertikal maupun horizontal.
Secara vertikal dapat melalui induk yang menularkan penyakit melalui
telur dan horizontal disebarkan dari ayam yang sakit ke ayam yang sehat.
Penularan penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan tempat
peralatan, tempat pakan, hewan liar maupun petugas kandang.
Gejala klinis
Ngorok basah, adanya leleran hidung lengket dan terdapat eksudat
berbuih pada mata dan ayam suka menggeleng-gelengkan kepalanya. Pada
kasus kronis mengakibatkan kekurusan dan keluarnya cairan bernanah dari
hidung.
Pengobatan
Pengobatan CRD pada ayam yang sakit dapat diberikan baytrit 10%
peroral, mycomas dengan dosis 0.5 ml/L air minum, tetraclorin secara
oral atau bacytracyn yang diberikan pada air minum.
Pencegahan
Membeli ayam baik indukan, pejantan, dan anakan yang benar-benar
terbebas dari chronic respiratory disease (CRD). Menjaga kebersihan dan
tingkat kelembaban kandang dan area ayam.
Infectious Laryngotracheitis (ILT)
merupakan penyakit kontagius pada saluran pernafasan yang dicirikan
dengan kesulitan bernafas, menjulurkan leher karena kesulitan bernafas,
konjungtivitis, adanya inflamasi yang mengelilingi membran mata.
Penyakit ini disebabkan oleh Herpes virus, yang mampu hidup
8-10 hari pada leleran, lebih dari 70 hari didalam karkas, kemudian
dapat hidup lebih dari 80 hari pada eksudat (trachea atau saluran
pernafasan) dalam kondisi alami. Penyakit ini berlangsung selama 2-6
minggu dalam flok, dan lebih lama dibandingkan penyakit respirasi viral
yang lainnya.
Penyakit ini sangat berbahaya karena:
- Angka mortalitas dan morbiditas yang tinggi p ada satu flok.
- Menyebabkan kerugian ekonomi.
- Tidak dapat diobati
- Penyakit ini dapat dicegah, tetrapi dapat menimbulkan ayam carier bagi yang sudah pernah terinfeksi.
Penyakit
ini tidak menular pada manusia dan kejadian paling sering terjadi pada
ayam. namun dapat pula menginfeksi kalkun, burung unta dan unggas
lainnya. Burung liar dapat berperan sebagai carier.
Penularan
Virus Infectious Laryngotracheitis (ILT) ditularkan melalui
saluran pernafasan dan dapat menular melalui udara secara kontak
langsung antar burung misalnya dalam satu kandang. Virus masuk dan
menginfeksi burung melalui mata, hidung atau mulut. Mukus dan darah yang
mengandung virus dapat keluar melalui batuk dan menyebarkan penyakit.
Masa inkubasinya 6-12 hari. Kejadian outbreak dapat dikarenakan lalu
lintas unggas, pekerja dan alat-alat kandang, dan kondisi lingkungan
yang memungkinkan terjadinya penyebaran.
Gejala Klinis
- Dyspnoe
- rinitis
- penurunan produksi telur dan daging
- kadang kadang mengalami pneumonia atau bronkhopneumonia
- mortalitas mencapai 50%
Diagnosa
Pada penyakit yang akut dicirikan dari gejala klinis dan penemuan
darah, mukus, dan eksudat kaseosa pada trachea. Secara mikroskopik
ditandai dengan desquamative dan nekrotic tracheitis. Diagnosa mungkin
dapat diperkuat dengan ditemukannya inclusion body intramuclear pada
epitel trachea, isolasi dan identifikasi virus secara spesifik dengan
chicken embryo dan kultur jaringan atau dengan inokulasi pada sinus
intraorbital untuk mengetahui imunitasnya. Spesimen dapat pula
diinokulasi pada membran chorioallantois pada telur ayam berembrio
Pemeriksaan mikroskopiknya pada lesi membran chorioallantois terdapat
inclusion body intranuclear. Dapat dibedakan dengan Fowlpox pada lesi trachea dan inclusion bodynya berupa inclusion body intracytoplasmic. Diagnosa dapat pula dilakukan dengan PCR.
Diferensial diagnosa
- Infectious Bronchitis
- Newcastle Disease
- Mycoplasmosis
- Avian coryza
Pencegahan
- Meminimalisir kotoran dan debu.
- Penggunaan mild expectorants.
- Vaksinasi baik secara eye drop, spray maupun lewat air minum.
Pullorum merupakan
penyakit menular pada ayam yang dikenal dengan nama berak putih atau
berak kapur (Bacilary White Diarrhea= BWD). Penyakit ini menimbulkan
mortalitas yang sangat tinggi pada anak ayam umur 1-10 hari. Selain
ayam, penyakit ini juga menyerang unggas lain seperti kalkun, puyuh,
merpati, beberapa burung liar. Pullorum atau Berak
kapur disebabkan oleh bakteri salmonella pullorum dan bakteri gram
negatif. Bakteri ini mampu bertahan ditanah selama 1 tahun
Di
Indonesia penyakit pullorum merupakan penyakit menular yang sering
ditemui. Meskipun segala umur ayam bisa terserang pullorum tapi angka
kematian tertinggi terjadi pada anak ayam yang baru menetas. Angka
morbiditas pada anak ayam sering mencapai lebih dari 40% sedangkan angka
mortalitas atau angka kematian dapat mencapai 85%.
Cara penularan
Penularan penyakit Pullorum dapat melalui 2 jalan yaitu:
- Secara vertikal yaitu induk menularkan kepada anaknya melalui telur.
- Secara horizontal terjadi melalui kontak langsung antara unggas
secara klinis sakit dengan ayam karier yang telah sembuh, sedangkan
penularan tidak langsung dapat melalui kontak dengan peralatan, kandang,
litter dan pakaian dari pegawai kandang yang terkontaminasi.
Gejala klinis
- napsu makan menurun
- feses (kotoran) kotoran berwarna putih seperti kapur
- Kotorannya menempel di sekitar dubur berwarna putih
- kloaka akan menjadi putih karena feses yang telah keringkering
- jengger berwarna keabuan
- mata menutup dan nafsu makan turun
- badan anak ayam menjadi lemas
- sayap menggantung dan kusam
- lumpuh karena artritis
- suka bergerombol
Perubahan patologi
Pada
kasus yang akut sering dijumpai pembesaran pada ahati dan limpa dan
kadang kadang sering diikuti omfalitis. Pada kasus kronis dijumpai abses
pada organ dalam dan adanya radang pada usus buntu (tiflitis kaseosa)
yang ditandai adanya bentuk berwarna abu-abu didalam usus buntu.
Diagnosis
Isolasi
dan identifikasi salmonella pullorum dapat diambil melalui hati, usus
maupun kuning telur dapat dilakukan pembiakan kedalam medium. Ayam
karier yang sudah sembuh dapat diidentifikasi dengan penggumpalan darah
secara cepat (rapid whole blood plate aglutination test).
Pengobatan
Pengobatan
Berak Kapur dilakukan dengan menyuntikkan antibiotik seperti
furozolidon, coccilin, neo terramycin, tetra atau mycomas di dada ayam.
Obat-obatan ini hanya efektif untuk pencegahan kematian anak ayam, tapi
tidak dapat menghilangkan infeksi penyakit tersebut. Sebaiknya ayam yang
terserang dimusnahkan untuk menghilangkan karier yang bersifat kronis.
Pencegahan
Ayam
yang dibeli dari distributor penetasan atau suplier harus memiliki
sertifikat bebas salmonella pullorum. Melakukan desinfeksi pada kandang
dengan formaldehyde 40%. Ayam yang terkena penyakit sebaiknya dipisahkan
dari kelompoknya, sedangkan ayam yang parah dimusnahkan.
Penyakit ini menyerang kekebalan tubuh ayam,
terutama bagian fibrikus dan thymus. Kedua bagian ini merupakan
pertahanan tubuh ayam. Pada kerusakan yang parah, antibody ayam tersebut
tidak terbentuk. Karena menyerang system kekebalan tubuh, maka penyakit
ini sering disebut sebagai AIDSnya ayam. Ayam yang terkena akan
menampakan gejala seperti gangguan saraf, merejan, diare, tubuh gemetar,
bulu di sekitar anus kotor dan lengket serta diakhiri dengan kematian
ayam.
Virus yang menyebabkan penyakit ini adalah virus dari genus Avibirnavirus.
Di dalam tubuh ayam, virus ini dapat hidup hingga lebih dari 3 bulan,
kemudian akan berkembang menjadi infeksius. Gumoro memang tidak
menyebabkan kematian secara langsung pada ayam, tetapi infeski sekunder
yang mengikutinya akan menyebabkan kematian dengan cepat karena
kekebalan tubuhnya tidak bekerja.
Penyakit Gumoro yang menyerang anak ayam pada usia 2 – 14 minggu dapat diindikasikan dengan gejala awal sbb:
- Napsu makan berkurang.
- Ayam tampak lesu dan mengantuk.
- Bulu tampak kusam dan biasanya disertai dengan diare berlendir yang mengotori bulu pantat.
- Peradangan di sekitar dubur dan kloaka.biasanya ayam akan mematoki duburnya sendiri.
- Jika tidur, paruhnya menempel di lantai dan keseimbangan tubuhnya terganggu.
Kemudian ada pendapat yang berbeda yang menyebutkan gejala gumoro adalah sbb:
- Diare berlendir.
- Nafsu makan turun.
- Gemetar dan sukar berdiri.
- Bulu di sekitar anus kotor.
- Ayam suka mematuk di sekitar kloaka.
Selain
itu, beberapa pendapat pakar lainnya bahwa gumoro dapat dibagi 2 yaitu
gumoro klinik dan sub klinik. Gumoro klinik menyerang anak ayam berumur
3-7 minggu. Pada fase ini serangan terhadap kekebalan tubuh ayam
tersebut hanya bersifat sementara antara 2-3 minggu. Gumoro subklinik
menyerang anak ayam berumur 0-3 minggu. Penyakit ini paling menakutkan
karena kekebalan tubuh ayam dapat hilang secara permanen, sehingga ayam
dengan mudah terserang infeksi sekunder.
Gumoro
menyebar melalui kontak langsung, air minum, pakan, alat-alat yang
sudah tercemar virus dan udara. Yang sangat menarik adalah gumoro tidak
menular dengan perantaraan telur dan ayam sudah sembuh tidak menjadi
“carrier”. Upaya penanggulangan gumoro ini dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu vaksinasi, menjaga kebersihan lingkungan kandang
Penyakit Telelo atau Newcastle Disease (ND) biasa juga disebut dengan istilah penyakit Samper Ayam ataupun Pes Cekak.
Dimana penyakit ini merupakan suatu infeksi viral yang menyebabkan
gangguan pada saraf pernapasan. Penyakit ini disebabkan oleh virus Paramyxo dan biasanya dikualifikasikan menjadi:
- Strain yang sangat berbahaya
atau disebut dengan Viscerotropic Velogenic Newcastle Disease
(VVND) atau tipe Velogenik, tipe ini menyebabkan kematian yang luar
biasa bahkan hingga 100%.
- Tipe yang lebih ringan
disebut degan “Mesogenic”. Kematian pada anak ayam mencapai 10%
tetapi ayam dewasa jarang mengalami kematian. Pada tingkat ini ayam
akan menampakangejala seperti gangguan pernapasan dan saraf.
- Tipe lemah
(lentogenik) merupakan stadium yang hampir tidak menyebabkan
kematian. Hanya saja dapat menyebabkan produktivitas telur menjadi
turun dan kualitas kulit telur menjadi jelek. Gejala yang tampak
tidak terlalu nyata hanya terdapat sedikit gangguan pernapasan.
ND sangat menular, biasanya dalam 3-4 hari seluruh ternak akan terinfeksi. Virus ini ditularkan melalui sepatu, peralatan, baju dan burung liar.
Pada
tahap yang mengenai pernapasan maka virus akan ditularkan melalui
udara. Meskipun demikian pada penularan melalui udara, virus ini tidak
mempunyai jangkauan yang luas. Unggas yang dinyatakan sembuh dari ND
tidak akan dinyatakan sebagai “carrier” dan biasanya virus tidak akan
bertahan lebih dari 30 hari pada lokasi pemaparan.
Gejala yang nampak pada ayam yang terkena penyakit ini adalah sebagai berikut:
- Excessive mucous di trakea.
- Gangguan pernapasan dimulai dengan megaop-megap, batuk, bersin dan ngorok waktu bernapas.
- Ayam tampak lesu.
- Napsu makan menurun.
- Produksi telur menurun.
- Mencret, kotoran encer agak kehijauan bahkan dapat berdarah.
- Jengger
dan kepala kebiruan, kornea menjadi keruh, sayap turun, otot tubuh
gemetar, kelumpuhan hingga gangguan saraf yang dapat menyebabkan
kejang-kejang dan leher terpuntir.
Penanggulangan penyakit ini dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
- Ayam yang tertular harus dikarantina atau bila sudah pada stadium berbahaya maka harus dimusnahkan.
- Vaksinasi
harus dilakukan untuk memperoleh kekebalan. Vaksinasi pertama,
dilakukan dengan cara pemberian melalui tetes mata pada hari ke 2.
Untuk berikutnya pemberian vaksin dilakukan dengan cara suntikan di
intramuskuler otot dada.
- Untuk
memudahkan untuk mengingat mengenai waktu pemberian vaksin,
seorang pakar menyarankan agar memberikan vaksin ini dilakukan
dengan pola 444. maksudnya vaksin ND diberikan
pada ayam yang berumur 4 hari, 4 minggu, 4 bulan dan seterusnya
dilakukan 4 bulan sekali. Akan tetapi pola pemberian ini dapat
dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan dan efektivitas terbaik dari
hasilnya.
Pencegahan yang harus dilakukan oleh para peternak mengingat penyakit ini sangat infeksius adalah sebagai berikut:
- Memelihara
kebersihan kandang dan sekitarnya. Kandang harus mendapat sinar
matahari yang cukup dan ventilasi yang baik.
- Memisahkan ayam lain yang dicurigai dapat menularkan penyakit ini.
- Memberikan
ransum jamu yang baik, yang terbuat dari bahan-bahan tradisional
yang dapat membantu meningkatkan kekuatan dan kekebalan tubuh ayam.
Dalam
memelihara ayam bangkok maupun ayam lain pada umumnya, dapat terjadi
banyak sekali variasi penyakit yang sudah sangat dipahami atau familiar
bagi peternak, baik peternak ukuran kecil, menengah maupun skala besar.
Berbicara
keberhasilan mengenai peternakan (tanpa tergantung skala bisnisnya)
oleh seorang peternak ditentukan dari pengetahuan dan pemahaman dengan
pengenalan sumber hambatan dan ancaman dari penyakit yang mungkin dapat
menjadikan ledakan penyakit menular dan berakibat sangat merugikan. Oleh
sebab itu, pengamanan dan menjauhkan ternak ayam dari sumber wabah dan
hambatan potensial tersebut menjadi prioritas dan perhatian khusus.
Dimulai
dengan pemilihan indukan yang unggul, pengelolaan yang baik, sanitasi,
peningkatan daya tahan ayam dengan vaksinasi dan usaha menjauhkan ternak
ayam dari sumber penyakit adalah kunci sukses dalam beternak ayam.
Pada prinsipnya, penyakit ayam dapat disebabkan oleh 3 macam hal utama yaitu
- Penyakit yang menular dan disebabkan oleh bakteri, protozoa, virus, parasit dan jamur.
- Penyakit yang disebabkan oleh faktor atau sebab lainnya.
- Penyakit
yang disebabkan oleh defisiensi atau kekurangan zat-zat makanan
yang diperlukan dalam perkembangan dan ketahanan tubuh ayam yang
lebih disebabkan karena ketergantungan ayam pada kualitas makanan
yang diberikan oleh peterna
Secara detail, berbagai penyebab dan cara penanggulangan penyakit-penyakit ayam ini akan dibahas pada artikel selanjutnya.
Mengawinkan sepasang Ayam Bangkok
bukanlah pekerjaan yang sulit, terutama bagi peternak yang sudah
berpengalaman. Hal yang sulit adalah mencari bakal Pejantan dan Indukan
yang berkualitas tinggi. Mengawinkan induk bisa dilakukan di kandang
umbaran atau dengan sistem kawin tembak (doddogan). Caranya induk betina
dipegangi, lalu induk jantan akan mengawini si betina. Cara ini
terkenal paling efektif dan cepat menghasilkan keturunan. Induk jantan
yang baik biasanya tidak terlalu sulit dikawinkan dengan cara dogdogan.
Jika induk jantan tidak mau mengawini induk betina dengan cara
dogdogan, sebaiknya induk jantan dan induk betina dikawinkan di dalam
kandang umbaran.
Satu
ekor pejantan bisa mengawini 3-4 induk betina. Perkawinan juga bisa
dilakukan secara inseminasi buatan, tetapi cara ini jarang dilakukan
karena cara perkawinan alamiah terhitung cukup gampang dilakukan dan
tidak perlu mengeluarkan biaya khusus untuk membeli peralatan
inseminasi.
Induk
yang telah dikawinkan akan bertelur seminggu setelah dikawinkan. Induk
betina ayam bangkok bertelur terbatas, tidak lebih dari 20 butir setiap
periodenya. Hal ini berbeda dengan ayam kampung yang bisa bertelur
sampai 40 butir untuk setiap periode. Telur-telur tersebut bisa dierami
oleh induknya atau ditetaskan di dalam mesin tetas. Untuk usaha skala
kecil, penetasan bisa dilakukan oleh induknya, tetapi untuk usaha
berskala besar, terutama peternakan yang menjual anakan (DOC), penetasan
dengan mesin tetas dapat mempercepat kapasitas produksinya.
Anak
ayam menetas setelah dierami oleh induknya selama 21 hari atau sama
dengan penetasan menggunakan mesin tetas. Anak ayam yang baru menetas
bisa ditempatkan dikandang postal setelah berumur dua hari. Kandang
postal anak ayam dilengkapi dengan pemanas yang berfungsi sebagai induk
buatan. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam mengawinkan ayam bangkok
adalah tidak mengawinkan saudara sekandung (berinduk sama). Namun
perkawinan antara induk (F1) dan anak (F2) masih diperkenankan. Begitu
juga dengan perkawinan antara induk (F1) dan cucu (F3).